Minggu, 27 September 2015

SEJARAH BERBICARA DI DEPAN UMUM ( Public Speaking)

SEJARAH BERBICARA DI DEPAN UMUM 
(PUBLIC SPEAKING)
Ilmu public speaking yang saat ini sedang terus kita pelajari ternyata telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Ketika berbicara tentang nama-nama besar di sepanjang sejarah public speaking, nama Dale Carnegie tidak mungkin bisa dihindari. Dale Carnegie adalah salah satu pioner dalam bidang public speaking dan self development di dunia. Buku karangan beliau pada tahun 1936 yang berjudul How to Win Friends and Influence People masih menjadi best seller sampai hari ini.

 
Dale Carnegie lahir di Amerika pada tahun 1888. Dibesarkan di keluarga petani miskin mengharuskannya untuk melakukan berbagai cara agar dapat bertahan hidup, mulai dari berjualan susu sampai berjualan sabun. Tetapi dibalik kesusahan itu karakter-karakter luar biasa yang dimiliki oleh Dale Carnegie mulai terbentuk. 

Di tahun 1911, Dale Carnegie yang hampir bangkrut mendapatkan sebuah ide untuk mengajarkan public speaking yang merupakan cikal bakal dari the Dale Carnegie Course

Ketertarikan masyarakat Amerika untuk belajar public speaking dan meningkatkan kepercayaan diri membuat nama Carnegie melambung dengan cepat. Sampai hari ini metode belajar yang digunakan oleh beliau masih diterapkan di lebih dari 80 negara lewat sebuah organisasi bernama Dale Carnegie Training.

Pada kesempatan ini saya ingin memberikan sebuah sharing tentang beberapa ilmu luar biasa yang diajarkan oleh Dale Carnegie lewat tiga quote dari beliau. Let's begin.
  
"Only the prepared speaker deserves to be confident"
(Hanya pembicara yang sudah siap yang pantas mendapatkan kepercayaan diri)

Persiapan merupakan langkah awal dan langkah terpenting dalam proses public speaking. Dalam buku Public Speaking for Success, Dale Carnegie mengatakan bahwa lakukan persiapan dengan memikirkannya selama 7 hari dan memimpikannya selama 7 malam. Beliau juga memberikan contoh tentang bagaimana seorang public speaker hebat yang juga merupakan mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln mengerahkan banyak tenaga untuk melakukan persiapan sebelum berpidato. Tidak dapat dipungkiri bahwa persiapan yang baik merupakan sebuah hal yang sangat penting bahkan pembicara hebat seperti Abraham Lincoln melakukannya dengan sungguh-sungguh.

"Tell the audience what you're going to say, say it, then tell them what you've said"
(Katakan pada audiens apa yang akan Anda katakan, katakan hal tersebut, dan sekali lagi katakan apa yang telah Anda katakan)

Tujuan utama dari setiap pembicara adalah menyampaikan pesan kepada audiens. Pesan tersebut bisa berupa informasi, himbauan, ajakan, dan sebagainya. Jadi hal terpenting yang harus diperhatikan seorang pembicara adalah bagaimana caranya supaya pesan tersebut dapat sampai kepada audiens. Dale Carnegie memberikan sebuah metode yang sangat efektif berupa pengulangan yaitu dengan mengucapakan pesan yang akan Anda sampaikan, kemudian mengucapkan pesan tersebut, dan terakhir mengulangi pesan tersebut sekali lagi.

"I am very fond of strawberries and cream but I have found that for some strange reason, fish prefesh worms. So when I went fishing, I didn't think about what I wanted. I thought about what they wanted"
 (Saya sangat menyukai stroberi dan krim tetapi saya mengetahui bahwa ikan lebih menyukai cacing. Jadi ketika saya pergi memancing saya tidak berpikir tentang apa yang saya inginkan. Saya berpikir apa yang mereka inginkan)

Perumpamaan tentang memancing yang disampaikan oleh Dale Carnegie mengajarkan kita untuk mempunyai pola pikir yang berorientasi pada audiens. Ketika berbicara di depan umum yang perlu dipikirkan adalah apa yang ingin audiens kita dapatkan bukan apa yang ingin kita dapatkan. Sebuah pidato dikatakan berhasil apabila audiens mendapatkan manfaat dari pidato tersebut. Jadi alangkah baiknya apabila sebelum berpidato kita sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh audiens kita.

Para pembaca yang saya hormati, lebih dari seratus tahun yang lalu pada saat belum ada teknologi canggih seperti Pak Google dan Blackberry, seorang pria luar biasa bernama Dale Carnegie telah mengajarkan sebuah ilmu tentang public speaking yang sangat luar biasa. Yang lebih hebat lagi adalah ilmu yang sudah berumur ratusan tahun itu masih dapat kita pelajari sampai hari ini dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan kemampuan public speaking kita. 

Banyak tokoh yang terkenal dan menorehkan sejarah dunia, bukan karena kekayaan atau jabatannya, melainkan karena kemampuan mereka dalam hal menginspirasi jutaan orang. Kemampuan inilah yang dinamakan dengan public speaking. Mengikuti perkembangan zaman, kemampuan ini mungkin tidak dapat membuat kita melakukan hal yang sama seperti tokoh-tokoh terdahulu. Akan tetapi, hampir dipastikan kemampuan ini mampu membawa kita memperoleh kesuksesan di berbagai bidang.

Di Indonesia sendiri, masyarakat cenderung menghargai dan menerima seseorang yang mampu menyampaikan ide-idenya dalam bahasa yang dimengerti oleh publik. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan komunikasi, khususnya public speaking,menjadi kemampuan yang mutlak harus dimiliki setiap individu agar mampu bersaing di zaman yang semakin dinamis.

Sejarah Public Speaking 
Public speaking berakar dari tradisi politik peradaban Yunani Kuno. Untuk itu public speaking tidak pernah lepas dari aspek politik. Karena dalam public speaking ada tujuan untuk mempengarui dan mengarahkan. Dalam bahasa Yunani public speaking berasal dari kata ητορικός (“Retorika”), yang berarti “Pidato”. Retorika berkaitan juga dengan berkata dan berucap. 
    Retorika berawal dari kultur pemerintahan Yunani kuno yang melibatkan partisipasi politik masyarakat sebagai elemen terpenting dalam pengambilan keputusan. Para politisi sering melakukan pidato-pidato di tempat terbuka untuk didengarkan oleh masyarakat untuk mempersuasi mereka dan sekaligus melebarkan pengaruh para politisi itu sendiri. Para orator-orator Yunani tidak berbicara sebagai perwakilan pihak lain atau konstituen tertentu. Mereka berpidato di publik atas nama diri mereka sendiri. Setiap warga negara yang ingin menonjol dan berhasil dalam karier politik harus mempelajari teknik-teknik berbicara di depan publik. 
    Makna “retorika” kemudian berkembang menjadi seni menyusun dan menyampaikan pidato di depan publik dengan tujuan untuk mempersuasi. Dari sinilah kata “retorika” muncul sebagai alat yang sangat krusial untuk mempengaruhi kondisi perpolitikan dan pemerintahan Yunani. Keterampilan berpidato ini diajarkan oleh kaum sofis. Mereka dikenal sering menerima bayaran untuk mengajarkan bagaimana membuat argumen yang lemah menjadi lebih kuat. Mereka juga memiliki murid-murid yang dilatih dalam teknik berbicara di depan publik. 
    Tokoh retorika saat itu seperti Gorgias (485-380 SM), yang merupakan seorang sofis dan ahli retorika yang hidup sebelum era Socarates. Gorgias dapat dikatakan sebagai salah public speaker profesional, sekaligus komersil, yang pertama dalam sejarah. Gorgias menyatakan kekuatan retorika sebagai alat yang efektif untuk membujuk dengan mengatakan bahwa retorika membuat orang mampu “mempersuasi dengan kata-kata para hakim-hakim di pengadilan dan senator-senator yang berkepentingan”. Hal tersebut yang dikritik oleh Plato. Plato mengkritik retorika sofistik seperti yang diajarkan oleh Gorgias karena menurutnya kaum sofis menggunakan retorika hanya untuk menampilkan pidato-pidato persuasif yang mementingkan kepentingan pribadi, bukan didasarkan pada keadilan. Retorika seperti ini berbahaya bila terus menerus dipraktekkan, apalagi diajarkan pada generasi muda, karena dapat membentuk masyarakat yang tidak adil. 
    Solusi Plato bagi kritik yang ia kemukakan terhadap retorika sofistik terdapat dalam dialognya yang berjudul Phaedrus. Phaedrus memuat gagasan Plato tentang seni persuasi sejati dalam berpidato. Menurutnya, seni persuasi yang benar bertujuan untuk mencapai tatanan masyarakat yang lebih baik. Seorang peretorika harus mengenal jiwa manusia, mempelajari ragam karakter manusia, dan menyadari kekuatan di balik penggunaan kata-kata. Dalam Phaedrus, Plato mengusulkan bahwa inti dari sebuah seni retorika yang sejati adalah kemampuan untuk menyesuaikan argumen dengan tipe kepribadian manusia yang berbeda-beda. Plato menyatakan bahwa seorang pembicara harus menemukan jenis pidato yang sesuai dengan masing-masing tipe kepribadian manusia. Beberapa ahli mencatat bahwa Plato dan Socrates mengkaitkan antara kekuatan berargumen dengan menggunakan kata-kata (logoi) dengan pengetahuan tentang psikologi manusia. 
    Berikutnya, muncullah Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai kontributor terbesar dalam perkembangan retorika di dunia Barat. Tulisan Aristotles Retorika dibagi menjadi tiga buku. Buku pertama mendefinisikan retorika, menetapkan ruang lingkup retorika, serta membagi retorika menjadi tiga jenis oratori (pidato). Buku kedua membahas tentang strategi-strategi retoris yang terdiri dari karakter dan emosi. Buku ketiga berbicara tentang gaya berbicara dan pengaturan argumen dan kata-kata. 
    Menurut definisi Aristoteles, “retorika adalah kemampuan (dunamis: juga dapat berarti kapasitas atau kekuatan) untuk mempraktekkan, pada berbagai kondisi, cara-cara persuasi yang tersedia”. Dengan mengemukakan definisi ini, Aristoteles mengubah posisi retorika dari semata-mata sebuah praktek berpidato atau berorasi menjadi sebuah proses kreatif. Dalam buku pertamanya, Aristoteles menyatakan bahwa ada tiga elemen teknis yang merupakan inti dari ilmu retorika; terdiri dari (1) penalaran logis (logos), (2) penggugah emosi atau perasaan manusia (pathos), dan (3) karakter dan kebaikan manusia (ethos). Selain itu, ia juga menyebutkan beberapa elemen non teknis (atechnoi pisteis) seperti dokumen atau kesaksian. Elemen non-teknis ini dianggapnya berguna dalam berargumen namun bukan bagian dari pembelajaran retorika. 
    Logos juga dapat diartikan sebagai makna dari gagasan yang terdapat dalam kata-kata, percakapan, argumen atau kasus. Logos juga dapat berarti akal budi atau rasionalitas. Pada dasarnya, manusia dibedakan dari makhluk lainnya karena memiliki logos. Logos yang terkait erat dengan proses penalaran dan membuat kesimpulan, sangat erat terkait dengan logika. Namun yang lebih esensial bagi Aristoteles bukanlah aspek teknis dari logika. Inti retorika adalah cara orang bernalar dan cara pengambilan keputusan tentang persoalan-persoalan publik yang penting. Logos adalah pembelajaran tentang argumen-argumen yang dikemukakan sebagai hasil dari proses penalaran yang biasa dilakukan orang dalam praktik pengambilan keputusan. 
    Selanjutnya Aristoteles mendefinisikan pathos sebagai “meletakkan audiens dalam kerangka pemikiran yang tepat”. Konsep Aristoteles tentang pathos sebagai aspek emosional dari sebuah pidato. Ia berpendapat bahwa emosi seseorang memiliki pengaruh besar terhadap kemampuannya untuk melakukan penilaian (judgment). Menurutnya, seorang pembicara yang memiliki pengetahuan memadai dapat menyentuh perasaan dan keyakinan yang berpengaruh terhadap penilaian audiens dan, dengan demikian, dapat menggerakkan mereka untuk meyakini apa yang disampaikan pembicara. Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya seorang pembicara untuk memiliki penilaian yang benar secara moral, bukan semata-mata keinginan pragmatis untuk memenangkan sebuah argumentasi. Jadi pembelajaran tentang pathos adalah pembelajaran tentang psikologi emosi dan dituntun oleh beban moral untuk menemukan dan menyampaikan kebenaran serta melakukan yang benar. 
    Berikutnya dalam Retorika, Aristoteles berbicara mengenai karakter dan kredibilitas seorang pembicara. Menurutnya, kedua hal ini harus timbul dari seorang pembicara pada saat ia menyampaikan pidatonya. Aristoteles membagi karakter menjadi tiga bagian. Untuk mencapai ethos, seorang pembicara harus memiliki (1) kepandaian, nalar yang baik (phronesis), (2) integritas atau moralitas (arete), dan (3) niat baik (eunoia). Seorang peretorika yang terlatih harus mengerti karakter bagaimana yang diterima dan dipercaya oleh masyarakat yang menjadi audiensnya. Bila pathos adalah psikologi mengenai emosi manusia, maka ethos dapat dikatakan sebagai sosiologi mengenai karakter manusia. Aristotles menganggap ethos sebagai aspek terpenting dari ketiga elemen yang ia ajukan karena ethos memiliki potensi persuasif yangtinggi. Bila audiens yakin bahwa seorang pembicara menguasai apa yang ia bicarakan dan memiliki niat yang baik untuk audiensnya, maka ia akan diterima dan dipercaya oleh audiensnya. 
    Selain ketiga elemen di atas, Aristoteles juga membahas pembawaan, gaya bicara dan penyusunan pidato dalam bukunya. Pembawaan pidato, menurutnya penting karena berkaitan dengan bagaimana audiens menerima apa yang dikatakan oleh pembicara. Ia berpendapat bahwa kemampuan berdramatika adalah bakat seseorang sehingga pembawaan yang efektif sulit diajarkan. Hal terpenting adalah diksi (pemilihan kata-kata) yang tepat. Gaya berbicara atau gaya berbahasa harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Hal yang terpenting adalah kejelasan. Kejelasan dapat dicapai apabila kata-kata yang digunakan sesuai dengan perkembangan jaman dan dapat dimengerti orang awam. Seorang pembicara harus mampu berbicara menggunakan bahasa tutur yang dikenal dalam pembicaraan sehari-hari. Dalam bahasa Aristoteles, “bahasa yang persuasif adalah yang natural”.

Sejarah manusia—terutama sekali adalah catatan peristiwa penting yang dramatis, yang seringkali disebabkan oleh pidato-pidato besar.”
 “Sejak Yunani dan Roma sampai zaman kita sekarang, kepandaian pidato dan kenegarawanan selalu berkaitan. Banyak jago pedang juga terkenal dengan kefasihan bicaranya yang menawan.”

Dasar Retorika / Public Speaking, Syracuse, Pulau Sicilia, Yunani • Revolusi 465 SM: pemilik tanah harus sanggup meyakinkan pengadilan • Corax: Techne Logon (Seni Kata-Kata) • Teknik Corax: • Teknik Kemungkinan • Sistematika dan organisasi pesan: • Pembukaan • Uraian • Argumen • Penjelasan tambahan • KesimpulanàZAMAN YUNANI (… - 100 SM)• Penemuan pertama: Uraian sistematis Retorika
1.     ZAMAN YUNANI (… - 100 SM)
Aristoteles: De arte Rhetorica (3 jilid)
5 Hukum Retorika:
       Inventio – penemuan dan perumusan bahan
       Dispositio – penyusunan dan organisasi pesan
       Elocutio – pemilihan (kata, bahasa, gaya)
       Memoria – mengingat inti dan isi pesan
       Pronuntiatio – penyampaian (vocal dan gesture, akting: hipokrisi!)
2.    ZAMAN ROMAWI (100 SM – 400 M)
Selama 2 abad (200 tahun) tidak ada penambahan berarti sejak aristoteles• Tokoh-Tokoh Ahli Retorika Romawi (100 SM): • Cicero: Good man speaks well • Quintillianus: • Keturunan baik • Belajar agama, musik, tarian, drama, olahraga, sastra, sains, filsafat. • Menulis sebanyak dan secermat mungkin ma’ani dan bayan
3.    ZAMAN PERTENGAHAN (400 – 1400 M)•
 Abad pertengahan = Abad Kegelapan• Penguasa (negara dan agama) tidak menyukai retorika, kecuali…
       St. Agustinus (386 M): On Christian Doctrine
       Para pengkhotbah harus sanggup mengajar, menggembirakan, dan menggerakkan• Nabi Muhammad SAW (abad 14 M): • “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan yang menyentuh jiwa mereka.” (Q.S. 4:63)
       Ali bin Abi Thalib KW: Nahj Al Balaghah (Jalan Balaghah)
4.     ZAMAN MODERN (1400 M – SEKARANG)• Renaissance (Pencerahan): kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan


  

Definisi Public Speaking 
Public speaking selalu dibutuhkan di setiap ranah kehidupan; bahkan, hampir semua pekerjaan membutuhkan ketrampilan dalam public speaking. Menurut Verderber dan Sellnow (2008) Public speaking ini didefinisikan sebagai percakapan—presentasi secara oral yang biasanya disampaikan secara formal—dalam kondisi audiensnya dihimpun dalam konteks yang formal untuk mendengarkan atau selama percakapan informal. Verderber dan Sellnow (2008) menambahkan bahwa, Public speaking skills empower us to communicate ideas and information in a way that all members of the audience can understand. Konsep yang ditawarkan oleh Verderber dan Sellnow ini mengindikasikan bahwa public speaking bersifat formal, tentang sebuah ide, dan disampaikan dalam konteks tertentu. 
    Hal tersebut serupa dengan definisi yang diberikan oleh Webster Third New International Dictionary, public speaking memiliki dua definisi : 
  • The act of process of making speech in public 
  • The art of science of effective oral communication with audience 
Dengan demikian public speaking merupakan sebuah tindakan berbicara didepan umum dengan menggunakan oral komunikasi kepada audiens yang lebih efektif. 

Elemen-elemen dalam public speaking 
Dalam public speaking terdapat beberapa elemen, yakni: speaker, message, audience, noise, context, channel, ethics. 

A. Speaker (Pembicara) 
Dalam public speaking, pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi melalui ceramah yang relatif lama dan tidak mendapatkan interupsi dari audiens. Public speaker adalah pusat dari transaksi pesan yang terjadi. Dalam praktiknya, seorang public speaker tidak hanya berbicara saja, dia juga harus memiliki ketrampilan untuk berinteraksi dan mengontrol percakapan dengan audiens yang terjadi sesekali sehingga pesan yang disampaikkan menjadi hidup. Ketrampilan inilah yang sesungguhnya harus dimiliki oleh seorang public speaker. Pertama-tama, seorang public speaker hendaknya memahami siapa dirinya. Dia adalah orang yang sedang memberi pengaruh bagi banyak orang atas apa yang dia katakan. Oleh karenanya, pemahaman yang tepat akan materi, perencanaan yang matang, dan penguasaan panggung yang handal perlu dimiliki olehseorang public speaker yang berpengaruh. 

B. Audience 
Public speaking memiliki audiens yang relatif besar. Pada umumnya, audiens yang dapat terhitung sebagai public audience adalah 10-12 orang sampai ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang. Audiens dalam public speaking ada dua macam. Yang pertama adalah immediate audience atau audiens langsung, yakni mereka yang dikenai langsung oleh pesan yang disampaikan oleh public speaker. Sedangkan remote audience atau audiens jarak jauh adalah mereka yang terkena dampak tidak langsung oleh pesan yang disampaikan oleh pembicara. Semakin besar pengaruh seorang public speaker maka semakin besar juga remote audience yang dipengaruhinya. 
Karena audiens adalah pihak yang dipengaruhi oleh pesan dalam public speaking, speaker harus benar-benar memperhatikan siapa audiensnya. Di dalam public speaking, walaupun seorang speaker sudah mahir, tetaplah harus melakukan audience research, yakni kegiatan untuk meneliti, mengklasifikasikan, serta menyimpulkan siapa audiensnya. Untuk audiens yang belum dikenal sama sekali, biasanya riset bisa dilakukan dengan menelpon pihak penyelenggara acara untuk menanyakan siapa audiensya (usia, jumlah, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll), lalu melakukan konfirmas melalui mencari lewat internet atau membaca referensi mengenai kelompok audiens tersebut. 
Beberapa hal yang patut Anda pahami dalam mempengaruhi audience adalah :
1. Selalu berpikir kreatif
2. Memahami Personality Manusia
3. Memahami Sensorik Manusia
4. Mengerti Brainwave Manusia
5. Bersih diri, menerima dan terbuka.

C. Message 
Pesan dalam public speaking terdiri dari tanda-tanda verbal maupun nonverbal. Di dalam public speaking, menyusun sebuah pesan tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Sama seperti ketika menentukan karakteristik audiens, menyusun pesan pun harus didahului dengan riset. Bahkan, dalam membungkus pesan pun, speaker harus menggunakan bahasa dan gaya bahasa yang bervariasi, disesuaikan dengan siapa audiensnya, topik yang akan dibahas, serta di mana tempat public speaking-nya. 

D. Noise 
De Vito (2009) membedakan antara noise dengan signal. Jika signal adalah segala macam informasi atau pesan yang ingin didengar oleh audiens maka noise adalah segala sesuatu yang tidak ingin didengar dan mengganggu audiens saat menerima signal. Karena public speaking bisa dalam bentuk verbal maupun non-verbal maka noise-nya pun juga dalam bentuk verbal dan nonverbal. Speaker hendaknya benar-benar berlatih mengelola noise ini karena acapkali noise bisa tidak terkontrol. Misalnya: microphone yang rusak atau suara sirine yang sangat kencang. 

E. Context 
De Vito (2009) membagi konteks ini menjadi konteks fisik, psikososial, temporal, dan konteks cultural. Konteks fisik adalah tempat dan lingkungan yang sebenar-benarnya yang digunakan sebagai tempat berbicara (ruangan, lapangan, gedung, dll), beserta peralatan dan perlengkapan yang ada di dalamnya. Ruangan yang sempit menyebabkan speaker harus berbicara dengan persiapan yang berbeda dengan ruangan yang luas atau lapangan. Konteks psikososial merupakan hubungan antara speaker dengan audiensnya. Bagaimana karakter dan latar belakang speaker dan audiens serta hubungan di antaranya selalu mempengaruhi pesan yang disampaikan. Konteks temporal meliputi waktu dan jam di mana public speaking itu dilakukan. Konteks cultural mencakup kepercayaan, gaya, nilai-nilai, bahkan gender dan perilaku dari speaker dan audiens yang dibawa pada saat presentasi. 

F. Channel 
Channel adalah sebuah medium untuk membawa signal pesan dari pengirim kepada penerima. Dalam public speaking channel ini wujudnya bisa bermacam-macam, baik secara visual maupun non visual, misalnya melalui slide-slide di computer atau video, gambar-gambar, dan lainnya. 

G. Ethics 
Ethics berbicara tentang benar atau salah atau implikasi moral dari pesan yang disampaikan. Seorang speaker harus menguasai hal-hal apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan ketika menyampaikan suatu pesan. 

Menjadi Publik Speaker yang Efektif 
Setiap orang potensial menjadi public speaker yang efektif, karena setiap orang memiliki potensi menjadi pemimpin dengan keunikan dan perbedaan mereka. Untuk menjadi public speaker yang efektif, maka perlu melakukan persiapan, menjadikannya sebuah kebiasaan, menghindari dari kesalahan dan terus melakukan public speaking. Pada bagian ini akan memberikan beberapa tips untuk menjadi public speaker yang baik. 

1. Komitmen dengan topik 
Seorang public speaker haruslah antusias dan komitmen terhadap topik yang disampaikan. Untuk antusias dan komitmen tersebut, maka seorang pembicara perlu untuk menguasai dan melakukan riset terlebih dahulu terhadap topik. Audiens akan lebih tertarik pada topik yang disampaikan, apabila public speaker menyampaikan secara antusias, komit dan menguasainya. Jika ada topik yang tidak dikuasai, maka janganlah berbicara tentang topic tersebut. 

2. Jangan berpikir tentang anda 
Sering kali, sebelum naik ke podium untuk berbicara, public speaker memiliki ketakutan terhadap pandangan audiens tentang dirinya. Untuk itu janganlah coba-coba berpikir tentang sesuatu yang akan menimpa anda, namun tetaplah fokus dan menguasai topik yang akan dibicarakan. Selain itu, dalam bebicara pada public, hindarkan diri untuk menonjolkan diri sendiri, karena audiens akan merasa bosan dengan penilaian-penilaian subyektif yang anda berikan. 

3. Lakukan persiapan 
Hanya sedikit yang dapat berbicara secara efektif tanpa beberapa persiapan, dan jika ada sedikit saja kesalahan, maka dapat menimbulkan rasa panik gugup. Untuk itu, ada baiknya melakukan persiapan lewat penelitian dan latihan. Dengan persiapan, akan membuat anda lebih santai, fokus dan percaya diri. 

4. Fokus 
Fokus pada topik dan persiapan yang telah dilakukan, serta berusahalah menguasai lingkungan disekitar panggung. Saat anda fokus, anda akan berupaya untuk mengorganisir pembicaraan anda secara lebih baik. 

5. Temukan contoh-contoh yang sempurna 
Dalam berbicara berikan contoh-contoh yang baik dan tepat. Contoh-contoh tersebut dapat berasal dari pengalaman atau sumber-sumber lain. Contoh-contoh akan lebih memudahkan audiens untuk mengingat topik yang dibicarakan. 

6. Minimilasir catatan 
Banyak orang menghafal pidato atau mereka membuat daftar panjang catatan dengan melampirkan berbagai metode. Pendekatan ini mengurangi kemampuan alami anda untuk berkomunikasi, karena merubah anda dari seorang pembicara menjadi pembaca. Jadilah akrab dengan pidato anda dan cukup nyaman untuk melakukan perubahan jika diperlukan. 

7. Hadirkan diri anda dalam pidato anda 
Anda harus tetap fokus dan menyatu dengan pidato yang anda berikan. Keberadaan anda tampak dari pidato yang anda sampaikan. 

8. Berhubungan dengan audiens 
Membangun hubungan dengan audiens dapat dengan memperhatikan body language seperti senyum, tatapan mata dan gerakan tubuh. Berhubungan dengan audiens akan membantu audiens untuk tetap fokus dan tertarik pada pidato yang anda sampaikan. 

9. Kuasailah media yang digunakan 
Jika anda mengunakan media lain dalam berpidato, maka upayakan anda menguasai media tersebut. Media akan membantu audiens memahami pidato yang diberikan, akan tetapi jangan sampai media yang menguasai panggung anda. 

SUMBER :
  • DeVito, Joseph A. (2009). The Essential Elements of Public Speaking. USA : Pearson 
  • Soenarjo, Djoenasih S., Rajiyem. (2005). Public Speaking. Jakarta : Universitas Terbuka 
  • Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication. USA : Wadsworth 
  • Verderber, Rudolph F., Verderber, Kathleen., Sellnow, Deanna D. (2008). The Challenge of Effective Speaking. USA : Thomson Wadsworth 
  • Hasling, John. (2006). The Audience, the Message, the Speaker (7th ed.). New York : McGraw Hill 
  • Herrick, James A. 2008. The History and Theory of Rhetoric: An Introduction (4th ed.). Allyn & Bacon 
  • King, Larry., Gilbert, Bill. 2004. Seni Berbicara kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja: Rahasia-rahasia Komunikasi yang Baik (2nd ed.). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 

Sabtu, 26 September 2015

Cara membangun kepercayaan terhadap khalayak menggunakan Dimensi Ethos

 cara membangun kredibilitas seorang kredibilitas seorang komunikator agar dapat dipercaya khalyak semuanya lagi kembali lagi ke Dimensi ethos yang berkaitan dengan ketundukan adalah kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan...

Faktor Kredibilitas

Langkah-langkah di faktor Kredibilitas yang harus kita lakukan seperti menjadi seseorang yang ahli dalam suatu bidang maka orang-orang pasti melakukan apa yang kita inginkan karena orang lain pasti berpikir karena kita ahli dibidang tersebut maka mereka harus mengdengarkan segala perkataan kita. di faktor ini juga bisa dibangun dari sifat sehari-hari kita kita harus memiliki sifat Bijaksana, adil, jujur dan bermoral agar orang lain bisa mempercayai kita dan melakukan apa yang kita inginkan.

Faktor Atraksi 

 Langkah-langkah di faktor atraksi, kita harus terjun langsung dan merasakan apa yang dirasakan oleh komunikan dengan cara itu itu kita bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya dan lambat laun mereka pasti akan mendengarkan perkataankita karena kita dan mereka itu sama .Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasive. Tetapi kita juga tertarik pada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita Kita dapat mempersamakan diri kita dengan komunikate dengan menegaskan persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.


Faktor Kekuasaan

Langkah-langkah yang kita lakukan difaktor kekuasan yang pasti kita harus memiliki kekuasa diatas orang yang ingin kita perintah dengan begitu kita bisa mudah membuat orang itu melakukanapa yang kita ingin. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting (critical resources). Berdasarkan sumber daya yang dimilkinya, French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasikan Raven (1974) dan menghasilkan lima jenis kekuasaan :

  1.  kekuasaan koersif (coersive power). Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate. Ganjaran dan hukuman itu dapat bersifat personal (misalnya benci dan kasih sayang) atau impersonal (kenaikan pangkat atau pemecatan).
  2. kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator.
  3. kekuasaan informasional (informasional power). Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator.
  4.  kekuasaan rujukan (referent power). Disini komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Komunikator dikatakan memiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil menanamkan kekaguman pada komunikate, sehingga seluruh perilakunya diteladani.
  5. kekuasaan legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan norma yang menyebabkan komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan.

Jumat, 25 September 2015

Komponen Komunikasi menurut Lasswell



Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):




 



Who? (siapa/sumber), Who itu bisa disebut sebagai Source/Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.







Says What? (pesan). Say what itu merujuk kepada Pesan/Message apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi. informasi itu merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. dan ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.
  1. In Which Channel? (saluran/media). in whit channel itu  Wahana/alat/cara untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik/massa/Nirmassa).
  2.  To Whom? (untuk siapa/penerima).  To Whom itu bisa kita sebut Komunikan/Receiver/penerima adalah Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik(decoder).
  3. With What Effect? (dampak/efek). what effect itu merujuk kepada Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.


Kredibilitas seorang komunikator

Agar pesan yang dikemukakan oleh komunikator bisa diterima oleh masyarakat luas, komunikator harus memiliki 2 kredibilitas yaitu keahlian dan kepercayaan.

  •  Keahlian, faktor ini lebih menjurus kepada intelegensi dari seseorang bila seseorang itu pandai, cerdas dan berpengalaman dalam bidangnya maka kira pasti akan menerima kata-kata yang terlontar dari mulutnya dan sebaliknya bila seseorang itu bodoh dan atau tidak kompeten dibidangnya pasti kita akan menolak secara mentah-mentah perkataannya. faktor ini adalah faktor yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungan dengan topik yang dibicarakan. komunikator yang dianggap tinggi pada keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahlu, tau banyak, berpengalaman, dan terlatih.
Contoh : kita pasti mempercayai perkataan dari dosen atau guru bidang komunikasi dan pasti kita akan menerima gagasan yang dikeluarkan oleh dosen/guru kita tentang bidang komunikasi tersebut karena mereka pasti ahli dalam bidangnya , beda halnya dengan dosen/guru pertanian yang mengeluarkan gagasan tentang ilmu elektrik pasti kita akan mempertimbangkannya atau malah tidak menerima gagasanya.
  •  Kepercayaan, faktor ini menjurus kepada sifat/ watak yang dimiliki oleh komunikator dalam kesehariannya seperti kejujuran, bijaksana, adil, bermoral. pastikita akan mempertimbangkan danmungkin saja menerima pendapat dari orang yang memiliki sifat-sifat tersebut dan pasti sebaliknya. 
Contoh : Kita pasti mendengarkan perkataan orang tua kita karna kita selalu mengangap mereka adalah orang yang paling adil dan bijak sana dalam sesuatu. danmungkin kita tidak akan mempercayai dan menerima gagasan seseorang yang diberikan julukan pembohon walau pun perkataanya benar.
contoh kasus komunikator yang isi pesannya tidak dapat dipercaya terkait pesan media massa :
masih ingat kah saat kejadian pemilu dimana semua tv menyatakan hasil hitung cepat itu dimenangkan oleh Jokowi tetapi ada salah satu tv mengemukakan kalau yang menang adalah prabowo. kejadiaan itu terjadi karena tv itu kurang ahli dan kurang kepercayaan, mereka terlalu termakan oleh faktor ekonomi media sehingga tv itu menyiarkan pesan yang isinya tidak dapat dipercaya oleh masyarakat.



Kamis, 17 September 2015

komunikasi satu arah dan komunikasi 2 arah

1. Proses komunikasi massa  pada dasarnya memang dilakukan satu arah, pada era new media proses komunikasi tidak lagi satu arah karena bisa menggunakan media internet dan yang lainya sehingga para penonton bisa memberika feedback pada suatu komunikasi massa. komunikasi massa yang biasanya menimbulkan feedback biasanya dilakukan oleh radio, dan televisi. radio dan televisi biasanya melakukan interaksi kepada penonton dengan menggunakan media internet sebut saja twitter dan instagram serta juga berinteraksi menggunakan telepon.
contohnya seperti acara pencarian bakat di rcti, para penonton disediakan aplikasi dimana mereka yang menggunakan aplikasi tersebut bisa memberikan komentar terhadap program itu.
2. kelebihan dari model komunikasi massa aliran 2 tahap itu adalah pesan  dari komunikator tidak disampaikan secara langsung karena pesan itu ditampung di opinion leader selebelum disampaikan ke komunikan. sehingga pesan bisa disampaikan oleh opinion leaders secara menyeluruh kepada komunikan, karena pesan memiliki efek yang lebih kuat. dan  juga membuat komunikasi massa dan kkomunikasi antarpribadi saling berhubungan.
Kekurangan dari model komunikasi aliran 2 tahap itu adalah  media massa sebagai kreator tidak terlalu terlihat karena yang terlihat adalah opinion leader. dan juga membuat media massa terlalu bergantung kepada opinion leader karena opinion leaderlah yang menyampaikan pesan dari media massa itu ke pada penerima peasan.



Perubahan Pada Media massa di Indonesia

Media massa sejatinya berperan sebagai agen of change yang diantaranya sebagai institusi pencerahan untuk masyarakat untuk memberikan edukasi. Namun pada kenyataannya saat ini peran edukasi untuk masyarakat menjadi pudar. Menurut Anda mengapa hal ini bisa terjadi? dan berikanlah contoh-contoh program yang sifatnya mengarah kepada pengikisan moral masyarakat
Seperti yang kita ketahui bahwa peran media massa pada awalnya itu hanya 3 yaitu to inform, to educate, and to entertain but peran media massa sebagai agen of change di indonesia itu pudar dikarenakan beberapa aspek menurut saya. 
  • aspek pertama itu dikarena pemilik dari perusahaan televisi itu terlalu menganut paham kapitalisme dan individualisme, sehingga pemilik modal menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya dari suatu program. dan semua itu akan merujuk kepada profit oriented dimana pemilik modal itu menyetujui segala program yang bisa menguntungkan didalam bisnis pertelvisian, bisa diperjual belikan dan meningkatkan rating and share program itu walaupun program itu bisa membuat masyarakat bodoh.
  • aspek kedua itu dikarenakan KPI itu kurang tegas terhadap stasiun televisi yang membuat program seenaknya tanpa memperhatikan peran media massa, sehingga semakin banyak program-program tidak jelas yang ada dan tersiar di indonesia itu membuat masyarakat semakin tertinggal dengan masyarakat negara lain. KPI itu seharusnya lebih tegas dan lebih menekankan kepada Televisi swasta agara program yang disiarkan itu harus mengandung to inform and aducate jangan hanya to entertain.
  • Aspek ketiga itu karena stasiun televisi dan pemancar di indonesia itu banyak. seandainya dulu pemancar itu hanya milik TVRI, mungkin siaran di indonesia bisa di atur sehingga acara-acara itu bisa diseleksi mana acara yang bisa ditayangkan dan berdampak baik untuk masyarakan, dan mana yang hanya membodohi masyarakat.
  • aspek terakhir itu adalah dari kita, karena kebanyakan dari kita hanya Talk to much with not action. kita telah mengetahui bahwa program itu membodohi kita tetapi kita hanya diam dan tetap membiarkan orang-orang menonton program itu bahkan sebagian kita juga malah ikut menonton acara itu.
Contoh nyata dari program yang sifatnya mengarah kepada pengikisan moral masyarakat :
  • Acara Gosip, menurut saya acara gosip di indonesia itu hanya membuat masyarakat bodoh karena gosip hanya menanyangkan sesuatu yang tidak penting dan terdang suatu kejadian yang kecil bisa menjadi besar karena acara gosip. dan semua itu bisa membuat membuat para penonton ikut memikirkan kejadian yang ada di gosip itu bahkan terkadang bisa keluar dari kehidupan nyata mereka (berkhayal)
  • Acara pernikahan Raffi & Nagita, acara itu diadakan hanya untuk meningkatkan rating and share. padahal waktu 8 jam itu bisa digunakan stasiun tv itu untuk menyiarkan sesuatu yang lebih penting. dan menurut saya fungsi dari acara itu is NOTHING, karena setelah menonton acara itu kita tidak mendapatkan apa-apa kecuali Drama Kehidupan Ala-ala artis.




Pesan untuk kalian para broadcaster dari saya adalah..jika kalian jadi program director buatlah negaramu maju kedepan bukan maju mundur mundur dengan program-program yang mendidik, dan membuat mereka kreatif, inovatif , dan bget a better life :)
sebenarnya masih banyak lagi acara-acara Televisi yang mengikis moral masyarakat.. tapi mungkin cukup sekian dan terima kasih :)

IG: Armaals :)

Jumat, 04 September 2015

Alat-alat yang ada di Studio tv




·         Pemancar-penerima (transceiver) adalah sebuah perangkat elektronik yang dapat digunakan untuk menghubungkan sebuah alat ke sebuah jaringan dengan teknologi pemancaran pita basis (baseband) sehingga alat tersebut dapat memancarkan dan menerima sinyal di dalam jaringan tersebut. Secara sederhana pemancar itu merupakan perangkat yang menghasilkan gelombang radio. Pemancar menghasilkan gelombang bolak-balik dari antena, gelombang itu akan dikirimkan dan ditangkap oleh antena yang lain sampai diproduksi ke dalam apa yang Anda gunakan untuk mendapatkan gelombang itu. Misalnya GPS, Radio, TV.

·         Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah perubahan sensing element dari sebuah sensor menjadi sinyal yang mampu diterjemahkan oleh controller. Secara singkatnya Transmitter adalah alat untuk mengubah suatu informasi menjadi gelombang elektomagnetik agar bisa melalui tahap proses modulasi.

·         Video mixer adalah suatu alat yang dapat mengontrol output video yang diinginkan dari beberapa input video, disini video mixer digunakan untuk menggabungkan sinyal video dari 2 atau lebih sumber. Input video akan disinkronisasi, kemudian dicampur bersama dengan berbagai efek. Sebuah mixer akan menghasilkan sinyal sinkron untuk tambahan sumber pertama.

·         VTR adalah peralatan yang terdiri dari sistem elektronik dan mekanik yang  digunakan untuk merekam (record) dan memutar (play back) sinyal gambar (video) serta sinyal suara (audio) untuk keperluan siaran, dengan media penyimpanan/perekamannya adalah pita magnetik. Selain kedua sinyal tadi juga terekam sinyal kontrol CTL (Control Track Line) dan sinyal address TC (Time Code), sehingga kita dapat mengetahui posisi suatu gambar dan audio pada kaset (tape) berdasarkan time code-nya. VTR terdiri dari beberapa macam berdasarkan tipe kaset (tape) nya, yaitu: U-Matic, Betacam, DVC Pro, /S-VHS.

·         Konektor RCA adalah Konektor yang biasa digunakan pada kabel yang membawa sinyal audio dan video (analog). Kita dapat melihatnya pada perangkat vcd/dvd player ataupun video game ketika dihubungkan ke tv. Konektor ini dapat melewatkan sinyal dengan frekuensi 0-100 MHz. Kabel merah dan putih menandakan kabel itu membawa sinyal audio(suara),sementara yg berwarna kuning membawa sinyal video.

·         Kabel HDMI  berguna untuk menyampaikan data audio dan video secara digital, sesuai untuk ditampilankan pada layar berkualitas HD (High-Definition). Keunggulan HDMI dari kabel Component atau kabel sebelumnya, adalah kualitas tinggi pada hasil konversi audio dan video yang melalui kabel HDMI tersebut. HDMI Merupakan Kombinasi signal video dan Audio ke dalam  interface digital dan  hanya menggunakan satu port, sedang pada kabel Component membutuhkan tiga port untuk mengkonversikan audio dan video.

·         Format/bentukjadi berkas Video adalah suatu bentukjadi yang digunakan dalam menyimpan berkas video pada sistem komputer.
Secara garis besar, format video yang berkembang saat ini dapat dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu:
      • Video analog format encoding: NTSC, PAL, SECAM, RF, Composite Video, Component Video, S-Video, dan RGB. 2.
      • Video analog format kaset: Ampex, VERA (BBC), U-matic, Betamax, Betacam, Betacam SP, VHS, S-VHS, VHS-C, Video 2000, 8mm tape, dan Hi8.
      • Video digital format kaset: D1, D2, D3, D4, D5, Digital Betacam, Betacam IMX, D-VHS , DV, MiniDV, MicroMV, dan Digital8.
      • Disk optik format penyimpanan: VCD, DVD, dan LaserDisk.
      • Video digital terpilih format encoding: CCIR 601, MPEG-2, H.261. H.263. dan H.264
 
 
 
 Tugas Sistem Studio tanggal 2 September 2015.