Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003) Banyak
sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan
individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada
dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat
atau menghindar, posotitif atau negative terhadap berbagai keadaan sosial,
apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya.
Dari definisi tersebut, walau ada perbedaan,
semuanya sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah:
memiliki objek tertentu (orang, perilaku, konsep,
situasi, benda),
Mengandung penilaian (setuju-tidak setuju,
suka-tidak suka).
Perbedaan terletak pada proses terjadinya dan
penerapan dari konsep tentang sikap ini.
Mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap
adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan).
Oleh karena itu, sikap lebih dapat dibentuk,
dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah
(sikap berbeda dengan sifat yang lebih merupakan bawaan). Namun, sebagian pakar mengatakan bahwa dapat
saja sikap timbul karena bawaan, terbukti dari kenyataan bahwa sikap dapat
timbul tanpa ada pengalaman sebelumnya, misalnya orang yang sejak bayi tidak
suka sayur (Eagly & Chaiken, 1992).
Sikap memiliki komponen-komponen menurut Azwar
(2005), komponen-komponen sikap adalah :
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya
diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2 Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.
3 Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam
diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
Selain komponen sikap juga memiliki berbagai
tingkatan sikap, Tingkatan sikap menurut
Notoatmodjo (2003) tediri dari :
1 Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
2 Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3 Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap.
4 Bertanggung jawab (Responsile)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi
Dari semua itu kita mengenal Macam-Macam Sikap:
Sikap Agresif : selalu berlebih-lebihan,
menyerang/ mengikuti emosi.
Sikap Submisif : apatis
Sikap Asertive : mampu menyampaikan
pendapat,perasaan,kepentingan secara langsung, jujur, obyektif,tidak
terpengaruh emosi.
Fungsi Sikap
Katz
(Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu adalah
fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan
fungsi pengetahuan.
Fungsi penyesuaian
diri berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk
mencapai tujuan secara maksimal. Sebagai contoh, seseorang cenderung menyukai
partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara
Inggris dan Astralia, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh
yang kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau member
tunjangan lebih besar.
Fungsi pertahanan
diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari
keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai contoh fungsi ini
adalah perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi cirri-ciri yang tidak diakui
oleh diri seorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia
seakan-akan tidak akan memiliki cirri-ciri itu.
Fungsi ekspresi
nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positive nilai-nilai dasar
seseorang , memamerkan citra dirinya , dan aktualisasi diri. Si Fithra mungkin
memiliki citra diri sebagai seorang “ Konsevative” yang hal itu akan
mempengaruhi sikapnya tentang demikrasi atau sikapnya tentang perubahan social.
Fungsi pengetahuan
berarti bahwa sikap membantu seseoarang menetapkan standar evaluasi terhadap
sesuatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas
kerangka acu pribadi seseoarang dalam menghadapi objek atau peristiwa
disekelilingnya. Contoh fungsi pengetahuan sikap misalnya adalah pemilik sepeda
motor akan mengubah sikap positif terhadap sepeda motor seiring dengan
peningkatan status sosialnya. Ia sekarang emutuskan untuk membeli mobil karena
ia yakin bahwa mobil lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru, yaitu
sebagai manager tingkat menengah sebuah perusahaan level menengah.
Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap
dapat terbetuk atau berubah melalui empat macam cara:
Kejadian-
kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus,
lama kelamaan secara bertahap diserap diri individu dan memengaruhi terbentuknya
suatu sikap.
b)
Diferensiasi
Dengan
berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya
usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap
tersendiri pula.
c)
Integrasi
Pembentukan
sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal
hal tersebut.
d)
Trauma
Trauma
adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam
pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman –pengalaman yang traumatis dapat
juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Faktor- Faktor yang mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap
1) Faktor
intern: yaitu manusia itu sendiri.
2) Faktor
ekstern: yaitu faktor manusia.
Dalam hal
ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:
a.
Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b. Adanya
komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
a)
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain
di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita
akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua,
teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
b)
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita.
c)
Media massa
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini
dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
d)
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga
pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam arti individu.
e)
Pengaruh faktor emosional
Tidak
semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Terbentuknya Sikap
Mengapa ada sikap yang berbeda pada objek yang sama?
Sebagian pakar berpendapat bahwa ada faktor-faktor
genetik yang berpengaruh pada terbentuknya sikap. Walaupun, sebagian besar pakar psikologi
sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses
belajar.
Berdasarkan pandangan ini, maka dapat disusun
berbagai upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan, komunikasi, dll) untuk
mengubah sikap seseorang. Dari pandangan
seperti inilah berangkat segala jenis program pendidikan, pemasaran, iklan,
kampanye politik, yang maksudnya sama, yaitu mengubah sikap seseorang atau
masyarakat dari sikap tertentu ke sikap lainnya.
Pada gilirannya, perubahan sikap ini akan mengubah
pula perilaku, sehingga terjadilah perilaku-perilaku yang lebih sesuai dengan
yang diharapkan (dari tidak membeli menjadi membeli, dari tidak memilih menjadi
memilih, dari membuang sampah sembarangan jadi membuang dampah pada tempatnya.