Manusia antar budaya dapat disebut orang-orang
yang dapat mengatasi masalah-masalah budaya secara efektif, baik dalam konteks
nasional ataupun terlebih lagi dalam konteks internasional. Sebagai contohnya
yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana (1989) dalam bukumya Komunikasi
Antarbudaya, antara lain sebagai berikut:
Moritoshi Iwasaki adalah seorang mahasiswa asal
Jepang yang bekerja pada sebuah kapal turis sebagai seorang pramugara yang
sering bepergian hampir ke seluruh dunia. Mori telah bertahun – tahun tinggal
di Amerika Serikat dan juga telah menikah dengan seorang wanita Negro Amerika.
Saat Mori bertemu dengan orang Amerika dia bisa menempatkan dirinya sebagai
orang Amerika, namum ketika bertemu dengan seorang profesor dari Jepang Mori
bisa menjadi sebagai orang Jepang bahkan bisa berbahasa Jepang dan
membungkukkan badan saat memberi salam.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa
semua budaya itu sederajad, hanya prasangka dan etnosentrisme lah yang membuat
orang- orang merasa dan berperilaku seolah- olah mereka lebih baik daripada
orang-orang lainnya.
Adapun beberapa pengertian yang lain sebagai berikut :
1) Menurut
William B. Gudykunst dan Young Yun Kim dalam buku mereka, Communicating with
Strangers: An Approach to Intercultural Communication (1984: 229-235),
Manusia antarbudaya adalah orang yang telah mencapai tingkat
tinggi dalam
proses antarbudaya yang kognisi, afeksi, dan perilakunya tidaak
terbatas, tetapi terus berkembang melewati parameter – parameter psikologis
suatu budaya.
2) Sementara itu, Adler
(1982: 389-391) mengatakan bahwa,
Manusia multi budaya adalah orang yang identitas dan loyalitasnya
melewati batas – batas kebangsaan dan yang komitmennya bertaut dengan suatu
pandangan bahwa dunia ini adalah komunitas global; ia adalah orang yang secara
intelektual dan emosional terikat kepada kesatuan fundamental semua manusia
yang pada saat yang sama mengakui, menerima, dan menghargai perbedaan mendasar
antara orang – orang yang berbeda budaya.
3) Senada dengan pendapat
Adler, Walsh (1973) mengemukakan,
“ Menjadi manusia universal tidaklah berarti seberapa banyak
manusia itu tahu tapi seberapa dalam dan luas intelektualitas yang ia miliki
dan bagaimana ia menghubungkannya dengan masalah-masalah penting yang universal
... ia tidak menghilangkan perbedaan-perbedaan budaya, alih-alih, ia berusaha
memelihara apapun yang bersifat valid dan bernilai dalam setiap budaya.”
Ciri-ciri Manusia Antarbudaya
Menurut Walsh dalam buku komunikasi antar budaya, ciri -
ciri manusia universal itu adalah:
a) Mengetahui budaya lain selain budayanya sendiri.
b) Mampu
beradaptasi dengan budaya yang lain tanpa harus meninggalkan budayanya.
c) Menghormati
semua budaya.
d)
Memahami apa yang orang – orang dari budaya lain
pikirkan, rasakan, dan percaya.
e) Menghargai
perbedaan – perbedaan budaya.
Peran-peran Manusia Antar Budaya
Di zaman globalisasi
yang perkembangan teknologi komunikasi dan transportasinya sudah sangat maju
ini peranan manusia antarbudaya sangatlah penting. Menurut Dedy Mulyana (April
1989) dalam buku Komunikasi Antarbudaya diantaranya adalah:
1.
Untuk membantu mengatasi
konflik – konflik antarbudaya.
2.
Untuk mengurangi
kesalahpahaman antara orang – orang yang berbeda budaya.
3.
Untuk menjadi penengah
antara orang – orang yang berbeda budaya yang berselisih paham.
4.
Dapat menganalisis
interaksi – interaksi antar budaya yang terjadi dalam sebuah perselisihan
budaya.
5.
Dapat menentukan di mana
kesalahpahaman kesalahpahaman yang terjadi.
Selain itu juga, menurut
Wilbur Schramm dalam buku Komunikasi Antarbudaya (1976) menyatakan bahwa peran
manusia antar budaya adalah membangun jembatan budaya.
Konflik Antarbangsa dan Kesalahpahaman Antarbudaya
Menurut Deddy Mulyana
dalam buku Komunikasi Antarbudaya Konflik antar bangsa merupakan kesalahpahaman
antara individu -individu yang berlainan bangsa. Sumber-sumber konflik tersebut
adalah stereotip-stereotip antar bangsa dan etnosentrisme. Hal ini pada umumnya
akan menghambat keefektifan komunikasi, bahkan pada gilirannya akan menghambat
integrasi manusia yang sudah pasti harus dilakukan lewat komunikasi, baik
komunikasi verbal ataupun komunikasi bermedia. Dari hasil penelitian yang
pernah diadakan Gordon Allport dan Leo Postman terlihat bahwa, stereotip dapat
menimbulkan self fulfilling prophecy
(Apa yang kita persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang kita harapkan).
Cara-cara Untuk Mengatasi Konflik Antarbangsa dan Kesalahpahaman Antarbudaya
Konflik antarbudaya
dewasa ini disebabkan antara lain tidak adanya atau kurangnya pemahaman dan
penghargaan atas budaya bangsa lain, maka usaha untuk menanggulangi konflik
tersebut antara lain:
1.
Melalui Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud
di sini bisa formal dan juga bisa informal. Pendidikan formal yang dapat
dilakukan antara lain melalui sekolah dan perguruan tinggi maupun instansi
lainnya. Pelajaran bahasa asing, studi etnik dan komunikasi antar budaya
merupakan pelajaran yang sering diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi.
Sedangkan pendidikan informal dapat diperoleh melalui media massa, berita,
pandangan mata dan lain- lain.
Melalui pendidikan ini
kita bisa menciptakan manusia- manusia antarbudaya tingkat nasional. Untuk
mewujudkannya perlu dilakukan usaha- usaha sebagai berikut:
a) Penggunaan
bahasa nasional di forum- forum resmi maupun tidak resmi.
b) Penyajian
kebudayaan (kesenian) yang adil melalui media elektronik nasional, khususnya
televisi.
c) Sosialisasi
yang merata di lembaga- lembaga pendidikan dan kantor- kantor pemerintah dan
swasta, dengan menerima(maha)-siswa dan pegawai yang cakap tanpa mempedulikan
apa suku mereka.
d) Kontak
antar suku melalui pertukaran pemuda, pelajar, mahasiswa, pegawai (termasuk
guru dan dosen) antarpropinsi, paling tidak untuk suatu periode tertentu.
e) Perkawinan
antarsuku, sepanjang orang- orang yang berbeda suku tersebut mempunyai
kecocokan dalam segi- segi yang penting, misalnya agama.
f) Pembangunan
daerah yang rata oleh pemerintah.
2.
Melalui Demokrasi
Menurut Mariane Farine
dosen di Howard University dalam sebuah acara Seminar Internasional dengan tema
Building Understanding With Intercultural Communication (Religious Life and Studies in America and Indonesia) yang
dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Senin (07/01/2008),
mengatakan:
“Salah satu jalan untuk
mencapai sebuah kesepahaman antar budaya saat ini yaitu demokrasi.”
Perbedaan budaya yang
sering menjadi penghalang hubungan antarbangsa di dunia bukanlah sebuah
permasalahan yang harus terjadi. Dimana kesepahaman budaya yang telah ada sejak
dulu tidak pernah diperhatikan lagi oleh kita sendiri. Saat ini, perbedaan
tersebut telah menjadi permasalahan yang kompleks antarbudaya yang ada di
dunia. Salah satu solusi yang berperan sebagai pemersatu tanpa harus
bertentangan dengan kebudayaan adalah demokrasi.
Mariane Farine yang
merupakan dosen di Howard University, Washington DC, mengatakan bahwa:
Ada tiga unsur yang harus diperhatikan di dalam
penggunakan system demokrasi. Pertama yaituHuman Dignity (martabat manusia),
menghargai setiap hak dan martabat manusia tanpa harus memasukkan unsur-unsur
yang dapat menimbulkan perbandingan bahkan perbedaan. Kedua, collaboration
(kerja sama), dengan lebih menonjolkan sifat kerja sama/kebersamaan antar
budaya. Kemudian unsur yang ketiga,empowerment (wewenang), meniadakan kekuasaan
yang dapat mempengaruhi kewenangan dalam sistem demokrasi. Dari ketiga hal
tersebut, menurutnya pencapaian demokrasi yang menjadi alat pemersatu budaya
akan dapat terlaksana dengan baik tanpa harus mempermasalahkan budaya dan
agama. Yang terpenting dalam hal ini yaitu jangan pernah mendahulukan
keegoisan. Berperilaku dengan cara-cara yang dapat diterima budaya orang lain
tapi juga diterima budaya kita sendiri.
Setiap manusia
mendambakan kedamaian dan kebahagiaan, namun hanya prasangka dan
etnosentrismelah yang membuat orang- orang merasa dan berperilaku seolah- olah
mereka lebih baik daripada orang-orang lainnya. Sejarah telah menunjukkan bahwa
sebagian konflik dan peperangan antar bangsa disebabkan karena pemimpin bangsa
yang satu tidak memahami dan menghargai budaya bangsa lain. Oleh karena itu,
sering kali timbul kesalahpahaman antara budaya bangsa yang satu dengan budaya
bangsa yang lain. Untuk manghindari hal tersebut dibutuhkan suatu media yang
menjembatani agar dapat menyelesaikan konflik atau kesalahpahaman tersebut.
Salah satu caranya adalah menjadi manusia antar budaya yang nantinya dapat
menjadi jembatan budaya baik pada tingkat Nasional maupun tingkat
Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar