Komunikasi tidak hanya lewat tatap muka saja. Proses komunikasi
bisa menjadi lebih efektif dengan peran media. Sejak dulu media untuk
berkomunikasi sudah digunakan oleh manusia, contohnya kentongan. Kentongan
merupakan salah satu bentuk media komunikasi tradisional yang digunakan
masyarakat perkampungan untuk menyebarkan informasi ke seluruh penduduk kampung
kalau terjadi perampokan atau peristiwa buruk lainnya.
Media komunikasi merupakan seluruh sarana yang digunakan
untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan, dan menyampaikan informasi.
Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, media dan komunikasi tak lagi
bisa dipisahkan. Media komunikasi memegang peran besar dalam kehidupan
masyarakat. Tanpa media, masyarakat kini akan kesulitan dalam melakukan proses
komunikasi.
Media komunikasi menjadi sangat dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat dikarenakan oleh fungsinya yang sangat membantu proses
komunikasi menjadi lebih baik. Dengan adanya media komunikasi memberikan
kemudahan pada penyampaian informasi menjadi lebih efektif dan efisien. Selain
itu, dengan menggunakan media komunikasi bisa mempercepat isi pesan yang
bersifat abstrak (konkrit). Bahkan, media komunikasi juga memiliki fungsi
motivatif yang membuat para komunikator dan komunikan lebih semangat dalam
melangsungkan proses komunikasi.
Selanjutnya membahas tentang jenis-jenis dari
media komunikasi. Berdasarkan berbagai sudut pandang, media komunikasi dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Berdasarkan fungsinya
a. Fungsi Produksi:
Media komunikasi befungsi sebagai
penghasil informasi. Contoh: komputer pengolah kata (word processor)
b. Fungsi reproduksi
Media komunikasi berfungsi untuk
memproduksi kembali dan menggandakan informasi. Contoh: tape recorder
c. Fungsi Penyampaian Informasi
Media komunikasi berfungsi untuk
menyebarluaskan dan menyampaikan informasi dari sender kepada receiver yang
dituju. Contoh: telepon, fax, dll.
2. Berdasarkan bentuknya
a. Media Cetak
Segala bentuk cetak yang dipergunakan
sebagai sarana penyampaian informasi. Contoh: surat kabar, brosur, dll.
b. Media Audio
Segala bentuk penyampaian dan penerimaan
pesan yang mengandalkan indera pendengaran. Contoh: radio
c. Media Audio Visual
Segala bentuk penyampaian dan penerimaan
pesan yang mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran. Contoh: televisi
3. Berdasarkan jangkauan penyebaran
informasi
a. Media Komunikasi Eksternal
Media komunikasi digunakan untuk
menjalin hubungan dan interaksi dengan pihak-pihak luar. Contoh: makalah
perusahaan
b. Media Komunikasi Internal
Media komunikasi digunakan untuk
menjalin hubungan dan interaksi dengan pubik internal dan bersifat non
komersial. Contoh: papan pengumuman, house journal
Budaya dan komunikasi merupakan dua elemen yang saling
mempengaruhi. Hubungan di antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik.
Budaya bisa mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi akan mempengaruhi
budaya. Budaya mampu mempengaruhi cara komunikasi seseorang karena budaya
membentuk persepsi seseorang mengenai suatu realitas. Sebaliknya, komunikasi
akan membantu seseorang dalam mengkreasikan realitas suatu budaya.
Dengan kehadiran media komunikasi yang sekarang semakin
canggih turut memperjelas hubungan timbal baik antara komunikasi dan budaya.
Awalnya media komunikasi mampu membantu masyarakat berhubungan dengan
sekitarnya juga dunia, namun lambat laun media komunikasi pula yang membuat
masyarakat lupa akan jati diri budayanya, khususnya masyarakat Indonesia.
Berbagai bentuk media komunikasi, baik itu cetak, audio, maupun audio visual
banyak menyajikan informasi dalam kemasan yang kurang memperlihatkan budaya
Indonesia. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia kini seperti diracuni budaya
luar dan secara perlahan mulai meninggalkan budaya aslinya.
Tentu kita sebagai masyarakat Indonesia sadar bahwa
masyarakat Indonesia kini banyak menyisipkan bahasa asing dalam komunikasi
sehari-hari. Mungkin kita pun salah satunya. Bahkan tidak hanya menyisipkan,
beberapa orang cenderung memilih berkomunikasi dengan bahasa asing dibandingkan
bahasa ibu padahal masih memijakkan kaki di Indonesia. Selain bahasa, perilaku
dan cara berpakaian pun ikut terkena imbas. Masyarakat Indonesia kini lebih
sering mengenakan pakaian bermodel luar negeri dibandingkan pakaian-pakaian
yang sesuai dengan budaya Indonesia. Masyarakat Indonesia baik pria maupun
wanita menjadi rajin bersolek setiap harinya meniru kebiasaan masyarakat luar.
Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia pun tidak boleh kolot dan terus
kekeh pada budaya sendiri. Tetapi bukankah lebih baik kalau kita mengambil
budaya luar, menyaringnya sesuai kebudayaan asli, dan mengembangkannya sesuai
budaya Indonesia? Tidak hanya sekadar mengambil mentah-mentah dan mengikuti
layaknya seorang plagiat. Bukankah bisa menjadi suatu yang membanggakan kalau
lewat media komunikasi kita bisa membagi dan memperkenalkan budaya Indonesia
kepada masyarakat dunia?
Sesungguhnya banyak hal positif berkaitan dengan budaya
yang bisa kita ambil lewat kehebatan media komunikasi. Misalnya saja penayangan
berita mengenai bencana alam di Jepang. Media massa Jepang cenderung
menampilkan semangat para korban bencana kepada masyarakatnya. Media massa
Jepang lebih banyak mengambil sisi positif dari para korban bencana untuk
menunjukkan semangat para korban dalam menghadapi bencana. Berbeda dengan
Indonesia. Ketika ada penayangan berita mengenai bencana alam, media massa
kebanyakan menyorot kesedihan para korban. Mendramatisir keadaan dengan
mengambil gambar para korban sedang menangis, mayat-mayat korban, orang-orang
yang sedang kesusahan dan mengeluh. Itulah yang diangkat oleh media massa
Indonesia dengan maksud mengharapkan rasa simpati sekaligus empati dari
masyarakat yang melihatnya. Padahal, dengan kemajuan media komunikasi kita bisa
menangkap peluang baru untuk melestarikan budaya Indonesia. Mengenalkan dan
mempopulerkan keragaman budaya Indonesia lewat berbagai jejaring sosial seperti
facebook, twitter, bahkan instagram merupakan cara yang sangat baik mengingat
gaya hidup masyarakat kita yang berada pada generasi gadget dan internet.
Internet Viral Marketing atau sosialisasi mealui jejaring
sosial sudah marak dilakukan oleh negara-negara maju. Misalnya saja negara
Inggris yang mewajibkan seluruh anggota pada pemerintahan untuk
mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah lewat jejaring sosial sebagai
bentuk pendekatan komunikasi antara pihak pemerintahan dengan rakyatnya.
Berbagai kemajuan media komunikasi seperti jejaring sosial bisa kita manfaatkan
untuk meningkatkan nilai budaya di mata masyarakatnya sendiri maupun dunia,
seperti dengan membuat situs perpustakaan budaya. Nantinya situs tersebut akan
diisi dengan foto—foto dan video tentang keragaman budaya di seluruh Indonesia.
Mengingat tingginya jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia, sebagai warga
negara yang baik, maka aktiflah menggunakan jejaring sosial tersebut untuk
mengupdate beberapa hal yang berbau budaya Indonesia. Biasanya dengan
rekomendasi lewat jejaring sosial, apalagi ditambah dengan bukti berupa foto,
orang-orang lebih mudah percaya dan tertarik. Atau bisa juga membuat kuis
kebudayaan berhadiah yang ditayangkan di televisi, radio, surat kabar, maupun
jejaring sosial untuk menarik minat masyarakat lebih mengenal budaya sendiri.
Ancaman lunturnya kebudayaan bangsa dapat diimbangi
dengan menyebarkan gerakan kenali dan cintai budaya Indonesia melalui media
komunikasi seperti jejaring sosial. Hal ini sangat potensial menyadari
mayoritas masyarakat Indonesia yang demam jejaring sosial. Kita hanya perlu
berkali-kali mengenakan dan menyadarkan masyarakat akan keberadaan budaya
sendiri. Dengan membangun kembali pengetahuan dan kecintaan terhadap budaya
sendiri lewat dunia maya, mungkin lambat laun masyarakat Indonesia akan sadar
dan melestarikannya di kehidupan nyata. Yang perlu diingat adalah melalui
komunikasi manusia dapat memperkuat nilai-nilai dasar dan esensi dari suatu
budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar