Minggu, 03 Januari 2016

Media Komunikasi dan budaya



Komunikasi tidak hanya lewat tatap muka saja. Proses komunikasi bisa menjadi lebih efektif dengan peran media. Sejak dulu media untuk berkomunikasi sudah digunakan oleh manusia, contohnya kentongan. Kentongan merupakan salah satu bentuk media komunikasi tradisional yang digunakan masyarakat perkampungan untuk menyebarkan informasi ke seluruh penduduk kampung kalau terjadi perampokan atau peristiwa buruk lainnya.
Media komunikasi merupakan seluruh sarana yang digunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan, dan menyampaikan informasi. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, media dan komunikasi tak lagi bisa dipisahkan. Media komunikasi memegang peran besar dalam kehidupan masyarakat. Tanpa media, masyarakat kini akan kesulitan dalam melakukan proses komunikasi.
Media komunikasi menjadi sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dikarenakan oleh fungsinya yang sangat membantu proses komunikasi menjadi lebih baik. Dengan adanya media komunikasi memberikan kemudahan pada penyampaian informasi menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, dengan menggunakan media komunikasi bisa mempercepat isi pesan yang bersifat abstrak (konkrit). Bahkan, media komunikasi juga memiliki fungsi motivatif yang membuat para komunikator dan komunikan lebih semangat dalam melangsungkan proses komunikasi.
Selanjutnya membahas tentang jenis-jenis dari media komunikasi. Berdasarkan berbagai sudut pandang, media komunikasi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1.  Berdasarkan fungsinya
    a. Fungsi Produksi: 
Media komunikasi befungsi sebagai penghasil informasi. Contoh: komputer pengolah kata (word processor)

    b. Fungsi reproduksi
Media komunikasi berfungsi untuk memproduksi kembali dan menggandakan informasi. Contoh: tape recorder



    c. Fungsi Penyampaian Informasi
Media komunikasi berfungsi untuk menyebarluaskan dan menyampaikan informasi dari sender kepada receiver yang dituju. Contoh: telepon, fax, dll.

2. Berdasarkan bentuknya
    a. Media Cetak
Segala bentuk cetak yang dipergunakan sebagai sarana penyampaian informasi. Contoh: surat kabar, brosur, dll.

    b. Media Audio
Segala bentuk penyampaian dan penerimaan pesan yang mengandalkan indera pendengaran. Contoh: radio

    c. Media Audio Visual
Segala bentuk penyampaian dan penerimaan pesan yang mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran. Contoh: televisi

3. Berdasarkan jangkauan penyebaran informasi
    a. Media Komunikasi Eksternal
Media komunikasi digunakan untuk menjalin hubungan dan interaksi dengan pihak-pihak luar. Contoh: makalah perusahaan

    b. Media Komunikasi Internal
Media komunikasi digunakan untuk menjalin hubungan dan interaksi dengan pubik internal dan bersifat non komersial. Contoh: papan pengumuman, house journal



Budaya dan komunikasi merupakan dua elemen yang saling mempengaruhi. Hubungan di antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Budaya bisa mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi akan mempengaruhi budaya. Budaya mampu mempengaruhi cara komunikasi seseorang karena budaya membentuk persepsi seseorang mengenai suatu realitas. Sebaliknya, komunikasi akan membantu seseorang dalam mengkreasikan realitas suatu budaya.
Dengan kehadiran media komunikasi yang sekarang semakin canggih turut memperjelas hubungan timbal baik antara komunikasi dan budaya. Awalnya media komunikasi mampu membantu masyarakat berhubungan dengan sekitarnya juga dunia, namun lambat laun media komunikasi pula yang membuat masyarakat lupa akan jati diri budayanya, khususnya masyarakat Indonesia. Berbagai bentuk media komunikasi, baik itu cetak, audio, maupun audio visual banyak menyajikan informasi dalam kemasan yang kurang memperlihatkan budaya Indonesia. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia kini seperti diracuni budaya luar dan secara perlahan mulai meninggalkan budaya aslinya.
Tentu kita sebagai masyarakat Indonesia sadar bahwa masyarakat Indonesia kini banyak menyisipkan bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari. Mungkin kita pun salah satunya. Bahkan tidak hanya menyisipkan, beberapa orang cenderung memilih berkomunikasi dengan bahasa asing dibandingkan bahasa ibu padahal masih memijakkan kaki di Indonesia. Selain bahasa, perilaku dan cara berpakaian pun ikut terkena imbas. Masyarakat Indonesia kini lebih sering mengenakan pakaian bermodel luar negeri dibandingkan pakaian-pakaian yang sesuai dengan budaya Indonesia. Masyarakat Indonesia baik pria maupun wanita menjadi rajin bersolek setiap harinya meniru kebiasaan masyarakat luar. Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia pun tidak boleh kolot dan terus kekeh pada budaya sendiri. Tetapi bukankah lebih baik kalau kita mengambil budaya luar, menyaringnya sesuai kebudayaan asli, dan mengembangkannya sesuai budaya Indonesia? Tidak hanya sekadar mengambil mentah-mentah dan mengikuti layaknya seorang plagiat. Bukankah bisa menjadi suatu yang membanggakan kalau lewat media komunikasi kita bisa membagi dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia?
Sesungguhnya banyak hal positif berkaitan dengan budaya yang bisa kita ambil lewat kehebatan media komunikasi. Misalnya saja penayangan berita mengenai bencana alam di Jepang. Media massa Jepang cenderung menampilkan semangat para korban bencana kepada masyarakatnya. Media massa Jepang lebih banyak mengambil sisi positif dari para korban bencana untuk menunjukkan semangat para korban dalam menghadapi bencana. Berbeda dengan Indonesia. Ketika ada penayangan berita mengenai bencana alam, media massa kebanyakan menyorot kesedihan para korban. Mendramatisir keadaan dengan mengambil gambar para korban sedang menangis, mayat-mayat korban, orang-orang yang sedang kesusahan dan mengeluh. Itulah yang diangkat oleh media massa Indonesia dengan maksud mengharapkan rasa simpati sekaligus empati dari masyarakat yang melihatnya. Padahal, dengan kemajuan media komunikasi kita bisa menangkap peluang baru untuk melestarikan budaya Indonesia. Mengenalkan dan mempopulerkan keragaman budaya Indonesia lewat berbagai jejaring sosial seperti facebook, twitter, bahkan instagram merupakan cara yang sangat baik mengingat gaya hidup masyarakat kita yang berada pada generasi gadget dan internet.
Internet Viral Marketing atau sosialisasi mealui jejaring sosial sudah marak dilakukan oleh negara-negara maju. Misalnya saja negara Inggris yang mewajibkan seluruh anggota pada pemerintahan untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah lewat jejaring sosial sebagai bentuk pendekatan komunikasi antara pihak pemerintahan dengan rakyatnya. Berbagai kemajuan media komunikasi seperti jejaring sosial bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan nilai budaya di mata masyarakatnya sendiri maupun dunia, seperti dengan membuat situs perpustakaan budaya. Nantinya situs tersebut akan diisi dengan foto—foto dan video tentang keragaman budaya di seluruh Indonesia. Mengingat tingginya jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia, sebagai warga negara yang baik, maka aktiflah menggunakan jejaring sosial tersebut untuk mengupdate beberapa hal yang berbau budaya Indonesia. Biasanya dengan rekomendasi lewat jejaring sosial, apalagi ditambah dengan bukti berupa foto, orang-orang lebih mudah percaya dan tertarik. Atau bisa juga membuat kuis kebudayaan berhadiah yang ditayangkan di televisi, radio, surat kabar, maupun jejaring sosial untuk menarik minat masyarakat lebih mengenal budaya sendiri.
Ancaman lunturnya kebudayaan bangsa dapat diimbangi dengan menyebarkan gerakan kenali dan cintai budaya Indonesia melalui media komunikasi seperti jejaring sosial. Hal ini sangat potensial menyadari mayoritas masyarakat Indonesia yang demam jejaring sosial. Kita hanya perlu berkali-kali mengenakan dan menyadarkan masyarakat akan keberadaan budaya sendiri. Dengan membangun kembali pengetahuan dan kecintaan terhadap budaya sendiri lewat dunia maya, mungkin lambat laun masyarakat Indonesia akan sadar dan melestarikannya di kehidupan nyata. Yang perlu diingat adalah melalui komunikasi manusia dapat memperkuat nilai-nilai dasar dan esensi dari suatu budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar