Rabu, 28 Oktober 2015

Media Massa



Komunikasi massa telah menjadi fakta sosial dan hadir di tengah-tengah kehidupan kita yang serba kompleks. Komunikasi massa telah menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi secara masal. Salah satu komponen komunikasi massa – media massa – merupakan “guru” bagi masyarakat modern, teman bagi para ABG dalam memilih berbagai produk kecantikan, dan hiburan bagi masyarakat luas.

Sebagai fakta sosial, maka komunikasi massa pada gilirannya menjadi objek studi (bidang kajian) yang menantang. Paradigma komunikasi massa sebagaimana diungkapkan Lasswell  , who, say what, in which channel, to whom, with what effect, sekaligus memberikan gambaran wilayah atau bidang kajian komunikasi massa. Bidang kajian komunikasi massa meliputi who (komunikator), say what (pesan), in which channel (media), to whom (komunikan/khalayak), dan with what effect (efek).

Penelitian terhadap efek komunikasi massa misalnya, telah dilakukan puluhan tahun yang lalu, terutama dalam konteks komunikasi pembangunan di dunia ketiga 2. Dalam konteks itu, teori difusi inovasi menjadi kajian yang sering dilakukan untuk melihat sejauhmana komunikasi memberikan peran besar dalam pembangunan.

Ketika reformasi bergulir kencang di Indonesia (sejak Mei 1998), kajian terhadap media dengan menggunakan pendekatan kualitatif, seperti analisis framing, analisis wacana, dan analisis isi menjadi trend di tengah-tengah masyarakat kamupus, para pengamat, dan para praktisis media. Dalam konteks politik media memiliki peran yang sangat signifikan untuk membingkai (framing) berbagai kepentingan politik, terutama untuk kegiatan kampanye.
Pada bagian ini, kajian terhadap komunikasi massa akan lebih difokuskan kepada media. Namun demikian, pengkajian terhadap media ini bukan artinya menghilangkan unsur atau komponen lain dalam komunikasi massa. Ini hanya persoalan teknis akademis saja. Sejatinya, pengkajian terhadap komunikasi massa paling tidak melibatkan seluruh unsur komunikasi massa sebagaimana diungkapkan Lasswell tersebut


MENGAPA MEDIA MASSA ????
Saat penulisan modul ini, di Indonesia, khususnya Jakarta, tengah terjadi fenomena yang menarik, yaitu terbitnya majalah Play Boy yang sangat kontroversial. Mengapa demikian ? Karena majalah Play Boy dari negeri asalnya Paman Sam (Amerika Serikat) merupakan simbol majalah seks, berisi gambar-gambar vulgar yang sangat mungkin menaikan libido kaum adam. Majalah dengan simbol kelinci berdasi ini kontan mendapat resistensi tinggi dari sebagian masyarakat muslim. Front Pembela Islam (FPI) yang selama ini menjadi ujung tombak perjuangan yang menentang pornografi dan pornoaksi melabraknya, bahkan merusak kantor redaksi majalah orang dewasa tersebut.
Indikasi ini telah sangat jelas mengukuhkan media massa (majalah) sebagai instumen penting dalam komunikasi massa. Dengan sifatnya yang mampu menampilkan gambar menarik (photo artis), segmentatif (hanya untuk kalangan tertentu) menjadi kekuatan tersendiri ketika dijadikan alat penyampai pesan.
Apabila kita menguti pendapat McQuail 3, media massa memiliki kekuatan penting dengan dalil:
  1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi sosial lainnya. Di pihak lain, industri media diatur oleh masyarakat.
  2. Media massa merupakan sumber kekuatan—alat kontrol manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
  3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
  4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
  5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperolah gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Pada masyarakat yang semakin modern (cirinya melek huruf), media massa dalam konteks komunikasi massa berfungsi sebagai pemberi informasi, mendidik, menghibur, dan sekaligus mempengaruhi khgalayak 4. Media massa menyuguhkan informasi yang beragam dari berbagai belahan dunia, membarikan hiburan disaat jenuh menghadapi pekerjaan, mendidik khlayak akan keterampilan tertentu, dan mempengaruhi (kognitif, afektif dan konatif) untuk bertindak sesuatu atau merespons sesuatu.

Teori-teori seperti jarum hipodermik, agenda setting, uses and gratification, difusi inovasi, kategori sosial, belajar sosial adalah sejumlah teori media yang menjadikan media massa sebagai ujung tombaknya. Paparan Muhtadi 5, mengenai keberhasilan salah seorang Presiden Amerika Jimmy carter sepertinya patut disimak. Ia memaparkan:

Kisah sukses Jimmy Carter merupakan salah satu contoh yang menarik. Carter berhasil merebut perhatian massa dalam kampanye politiknya yang dilakukan melalui proses pengelolaan kesan lewat media massa. “Jimmy Carter was media president, “ tulis pakar politik Thomas R. Dye dan L. Harmon Zeigler. Ketika mengawali kampnye kepresidenannya tahun 1974, Carter memang merupakan tokoh yang sama sekali tidak dikenal masyarakat Amerika. Tapi, seperti dikisahkan Doris A Graber dalam bukunya Mass Media and American Politics (1984:1-3), Carter kemudian berhasil menghadirkan dirinya dalam sosok yang amat simpatik dan menarik perhatian publik setelah melakukan berbagai ikhtiar melalui media massa. Pers berhasil mensosialisasikan informasi baru dalam bentuk opini publik untuk mengantarkan Carter memasuki Capitol Building.

Lebih menukik kepada media tertulis, menurut Watson (1984:182), media tulis merupakan yang paling efektif. Pesan-pesan komunikasi yang tertulis (printed and written message), pada umumnya memberikan kesempatan yang lebih leluasa kepada komunikan untuk melakukan penelaahan serta penerimaan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik 6.
MEDIA MASSA: Riwayatmeo Doeloe 

Meskipun tradisis menyebarkan informasi telah dimulai sejak Kaisar Roma dijabat oleh Gajus Julius Carsar (100 – 44 sebelum Masehi) dengan cara membuat papan pengumuman yang dipasang di alun-alun bernama Acta Diurna (sangat mungkin diplesetkan menjadi jurnalistik), namun tradisi tulis-menulis mulai menemukan fakta kuatnya ketika tahun 1423 (abad 15) Laurens Jenszoon Konster (Belanda) menemukan huruf lepas (losse letter). Penemuan ini memicu dikembangkannya cara mencetak dengan huruf lepas. Tahun 1440 seorang ilmuwan Jerman, Johann Cutenberg, dan pada tahun 1457 disempurnakan lagi oleh Peter Schoffer telah mampu mencetak buku dngan bantuaan alat pengganda (mesin cetak) 7.

Dalam perkembangannya, sejarah media massa melibatkan banyak faktor, dari mulai tatanan masyarakat yang senantiasa berubah, politik, ekonomi, ideologi (sistem pers), teknologi (peradaban manusia), dan sebaginya. Dengan demikian, media massa tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kompleksitas dan dialektika masyarakat pada zamannya. Media massa tidak tumbuh pada ruang hampa, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tantangan yang terus berkembang tanpa henti.

BATASAN MEDIA
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagin terdahulu, bahwa media massa (media) memiliki karakteristiknya masing-masing. Media terus berkembang dan terus menunjukkan kesempurnaannya. Mula-mula hanya tercetak (printed), kemudian muncul radio siaran yang lebih menarik dan “hidup”. Radio mampu menyuguhkan suara (audio) yang indah. Lagu-lagu merdu dari beragam penyanyi diperdengarkan sehingga memberikan efek hiburan kepada khalayak pendengar. Bahkan ada sebagian khalayak (terutama ABG) yang baru bias menghapal apabila ditemani oleh suara merdu penyanyi kesayangannya melalui radio.
Waktu berlalu, hari beganti, berbagai ekspeimen dilakukan oleh para ilmuwan. Lagi-lagi dari hasil penalaran dan ekspeimen para pakar (saintis) lahir apa yang saat ini disebt televisi (tele, artinya jauh, sedangkan visi adalah gambar. Jadi, gambar yang dikirim dari jarak jauh). Pelan tapi mpasti, televisi mampu menghadiran sensasi yang lebih dari radio dan media cetak. Bukan saja suara merdu yang mampu dibuat oleh televisi, melainkan televisi mampu menghadirkan gambar yang indah, menarik dan mengesankan (impresif). Dalam waktu yang bersamaan, televisi menghadirkan suara dan gambar. Pemirsa tidak saja bisa mendengar suara merdu dari penyayi idolanya, tetapi sekaligus bisa melihat bagaimana idolanya itu beraksi di layar kaca

Batasan media yang akan dibahas pada bagian ini adalah lebih merujuk kepada penjelasan yang memberikan perbedaan antara berbagai media.

Apabila mengikuti penjelasan Wahyudi 8, sifat khusus media massa dibedakan atas tiga sifat, yaitu cetak, radio, dan televisi. Uraian lebih jelas dapat dilihat di bawah ini:

Tabel






MEDIA CETAK
Sejarah media modern dimuali sejak publikasi pesan komunikasi menggunakan bantuan mesin cetak, misalnya buku dan surat kabar. Penemuan mesin cetak telah merubah peradaban manusia menjadi lebih modern. Di sini, revolusi pengetahuan manusia dimulai, dan masyarakat termasuk entitas yang berada di dalamnya.
Surat kabar komersial yang lahir pada abad ke 17 tidak lahir dari satu sumber, melainkan gabungan dari kerja sama antara pihak percetakan dengan pihak penerbit. Sebagaimana terjadi sampai saat ini, kemunculan surat kabar pada masa itu berfungsi sebagai alat sosialisasi para penguasa.
Dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa media cetak semakin memiliki peran penting dalam kompleksitas masayarakat. Oleh karena itu media cetak (surat kabar dan majalah) tumbuh menjadi surat kabar massa, yang sekaligus disebut sebagai surat kabar komersial. Penyebutan kata komersial didasari atas dua alasan, yaitu: Pertama, sistem kerjanya sebagai badan usaha pencari keuntungan diwarnai oleh sikap monopolitis. Kedua, media massa pada sisi lain sangat tergantung pada pemasukan iklan. Dengan alasan komersial, media cetak harus didesain yang mampu menarik perhatian khalayak. Judul (head line) dibuat dalam ukuran yang besar (baner), dengan kata-kata yang merangsang khalayak untuk segera membacanya.
Media cetak yang pertama kali popular di tengah-tengah masyarakat berkisar pada surat kabar dan majalah. Meskipun sama-sama sebagai media cetak, surat kabar dan majalah memiliki karakteristik yang berbeda, terutama pada desain, tata letak (lay out), kedalaman beritanya, maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, surat kabar memilki kelebihan yang sangat mungkin tidak dimiliki majalah, demikian juga sebaliknya.

RADIO SIARAN
Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal casset palyers. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya 9.
Keunggulan radio pada dasarnya terletak pada bentuknya yang bisa disimpan di mana saja serta dibawa ke mana saja. Radio bisa disimpan di tempat tidur, di dapur, di dalam mobil, bisa di bawa ke tempat-tempat yang tidak memungkinkan bagi media lain, seperti televisi. Artinya, radio mudah di bawa ke tempat manapun dan kapan saja.
Dalam kancah politik, radio siaran dijuluki sebagai kekuatan kelima dengan sebutan the fifth estate (surat kabar kekuatan keempat). Menurut Effendy (1990:63), faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio terletak pada:
  1. Daya langsung, yaitu berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat.
  2. Daya tembus, yaitu siaran radio menembus ruang dan waktu dalam waktu yang sangat singkat. Misalnya, kita bisa mendengarkan siaran radio dari berbagai negara dan bisa memindahkannya (pindah saluran) dalam waktu cepat/seketika.
  3. Daya tarik, yaitu unsur yang menarik pada radio yang letaknya pada tiga unsur, yaitu musik, kata-kata dan efek suara (sound effect).

Di samping itu, karakteristik yang bisa ditonjolkan oleh radio terletak pada siarannya yang bersifat imajinatif, auditory (didengar), akrab, dan gaya percakapan 10.
TELEVISI
Televisi merupakan media abad 19. beberapa ilmuwan yang memiliki peran besar dalam televisi misalnya, James Clark Maxwell, Heinrich Hertz, dan Marconi. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden FD. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika Serikat dimuali pada 1 September 1940.
Karakteristik terpenting dari televisi terletak pada kekuatan penyampaian pesannya yang bersifat audiovisual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasiannya yang lebih kompleks. Saat ini, dengan semakin canggihnya teknologi televisi (dari cembung ke datar), televisi mampu menghadirkan bioskop di rumah sendiri. Kemampuan suara dan gambar yang mengesankan telah menempatkan televisi sebagai media yang paling diminati oleh khalayak, termasuk oleh perusahaan pemasang iklan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyajian pesan melalui televisi adalah pemirsa (segmentasi pemirsa), waktu, durasi, metode penyajian (mendidik, menginformasikan, mempengaruhi atau menghibur). Itu semua terkait dengan implikasi siaran televisi terhadap khalayak.

FILM
Film atau motion fictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan ke publik Amerika adalah The Life of an Aerican Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Film The Great Train Robbery yang durasinya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar teknik editing yang baik.
Karakteristik dan kekuatan film sebagai media massa terletak pada tiga hal, yaitu:
  1. layar yang luas, dengan layar yang luas, film memiliki daya tarik yang kuat, mampu menghadirkan gambar dengan besar bahkan bersifat tiga dimensi.
  2. Pengambilan gambar, sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, pengambilan pemandangan secara menyeluruh. Kedua shot itu dilakukan untuk memberikan kesan artistik dan menggambarkan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik.
  3. Konsentrasi penuh, dengan menggunakan set yang ditata rapi dari mulai tempat duduk, pengatur suhu (AC), sampai kepada pencahayaan memungkinkan semua penonton berkonsentrasi penuh terhadap tayangan film. Dalam keadaan demikian, sangat mungkin emosi kita terbawa. Kita akan terbahak-bahak jika menonton film lucu, atau kita pun akan mencucurkan air mata ketika melihat film sedih.
  4. Identifikasi psikologis, dalam suasana yang larut terbawa oleh alur dan penokohan film, seringkali kita tidak sadar menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang berperan. Gejala ini menurut ilmuwan sosial disebut sebagai identifikasi psikologis.

KOMPONEN CITRA MEDIA
Media massa menghadirkan citra tersendiri bagi khalayak, terutama jika media dihubugkan dengan negara, masyarakat dan kebudayaan, pengorganisasian produksi dan distribusi, cara penggunaannya oleh khalayak, dan dalam konteks lainnya.
Bebarap dimensi yang dapat diidentifikasi yang berkaitan dengan pembentukan citra oleh media berkisar pada:
  1. Dimensi politik. Media terkait dengan politik dan kekuasaan yang pada gilirannya menghasilkan sistem pers (otoroter, komunis, liberal, tanggung jawab sosial). Di sini, media bisa dikontrol oleh kekuasaan atau dikendalikan, atau menjadi alat penguasa dalam melanggengkan kekuasaannya. Tetapi sebalikny, di negara-negara yang demokratis, media massa digunakan sebagai alat kontrol terhadap kekuasaan. Kebijakan presiden yang tidak berpihak kepada rakyat seringkali dikontrol oleh media masa, terutama melalui editorial, tajuk, dan lain-lain.
  2. Dimensi normatif. Dimensi ini terutama berkaitan dengan nilai-nilai sosial dan budaya.
  3. Komponen organisasi dan komponen teknologi. Ada tiga aspek yang dipandang penting: (1) menyangkut tekanan utamanya dalam hal pengorganisasian; apakah terletak pada pesan, produksi, ataukah pada distribusi. (2) berkenaan dengan kompleksitas teknologi yang terkait; apakah citra dan kenyataannya memang merupakan teknologi tinggi ? (3) apakah pengertian profesi orang-orang yang bekerja pada media tersebut ? Apakah definisinya sudah jelas, Apakah makin kabur atau masih beraneka ragam ?
  4. Dimensi yang berkaitan dengan kondisi distribusi, penerimaan dan pemakaian. Beberapa pertanyaan penting dalam konteks ini adalah: apakah isi ditentukan sebagai suatu unit tersendiri ataukah sebagai seperangkat materi (item) yang jumlahnya lebih banyak; apakah perhatian diberikan secara individual atau kolektif; apakah isinya dibatasi oleh ruang dan waktu; apakah pemakainya dibatasi oleh waktu dan tempat; dan apakah pemasoknya diselenggarakan dan ditata di sumber pembuatan.
  5. Dimensi menyangkut hubungan pengirim dan pemirsa. Ada empat aspek yang perlu diperhatikan: (1) adanya tumpang tindih antara pengalaman individual dan pengalaman kolektif dalam segi pemakaian. (2) menyangkut sejauhmana eratnya hubungan dengan sumber. (3) berkenaan dengan posisi pengirim ditinjau dari sudut penerima. (4) dimensi “interaktivitas” (kegiatan timbal balik), yakni besar atau kecilnya kesempatan yang diciptakan oleh media untuk memungkinkan adanya komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar